Pdt. Selvia Evelina Lasano, S.Th.
Halmahera Lingua Center
"Batas-batas bahasaku adalah batas-batas duniaku”, demikian kata Ludwig Wittgenstein (1889-1951). Kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa bahasa akan memberikan pemahaman yang baik tentang kehidupan. Karena dengan bahasa, manusia diarahkan untuk menciptakan simbol-simbol yang kemudian dilafalkan untuk melahirkan bunyi tertentu, sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Kesepakatan sebuah komunitas terhadap simbol-simbol yang dilafalkan semacam itu adalah modal untuk membangun peradaban komunitas yang lebih baik.
Dalam garis pemahaman tersebut, maka bahasa-bahasa Halmahera, yang adalah salah satu jalan untuk memahami hidup mereka, merupakan pintu masuk untuk melihat, memahami dan mengerti gaya mereka. Konstruksi orang Halmahera tentang Tuhan, tentang alam, dan tentang manusia akan sangat dipahami, jika bahasa lokal mereka dimengerti dengan baik oleh orang-orang yang hidup di Halmahera. Dengan demikian, pemahaman yang baik terhadap orang-orang itu hanya dapt dipahami dalam gaya mereka.
Namun demikian, sangat disadari bahwa karena pengaruh global, pemahaman di atas tampaknya tidak sejalan dengan kondisi saat ini. Dimana bahasa-bahasa lokal terancam punah sebagai akibat dari pemakai atau pengguna bahasa lokal yang semakin menipis keberadaannya. Bahasa lokal mulai tergeser oleh bahasa-bahasa yang lain. Seakan ada pemikiran bahwa orang yang menggunakan bahasa lokal terkesan “primitif”, “terbelakang”, dan seterusnya.
Tidak linearnya arti penting bahasa lokal dengan jumlah pengguna bahasa lokal tersebut, telah menjadi dasar pemikiran Halmahera Lingua Center untuk berupaya melestarikan bahasa lokal di Halmahera.
Selamat menggunakannya, selamat memahami orang Halmahera.
Direktur Halmahera Lingua Center (HLC)
Dan Ketua Bidang Penerjemahan Alkitab Sinode GMIH
Pdt. Selvia Evelina Lasano, S.Th.
Pulau besar Halmahera yang terlihat seperti balerina, terdiri dari empat semenanjung dengan barisan pegunungan di bagian tengahnya masing-masing. Ada gunung berapi di mana pun Anda melihat, beberapa aktif (Ibu) dan lainnya tidak aktif (Gamkonora).
Ada sekitar sebelas bahasa, tersebar di antara dua rumpun bahasa yang sangat berbeda: Rumpun Austronesia dan Papua Barat (WPP). Yang terakhir ini terbatas pada bagian utara dan yang pertama mencakup seluruh pulau. Sahu termasuk dalam rumpun WPP dan memiliki empat dialek: Padisua, Tala'i, Waioli dan Gamkonora.